Sabtu, 28 Mei 2014
Seminar Nasional
Biotech Fair “Zero Waste for Environmental Improvement”
Himpunan Mahasiswa Bioteknologi
Universitas Al-Azhar Indonesia
Audit Arifin Panigoro
Jakarta
Kembali berkesempatan menambah ilmu, memperluas wawasan, dan bertemu orang2 baru. Terbiasa dengan tepat waktu, ditambah lokasi seminar ditempat yang benar2 baru tanpa pikir panjang berangkat lebih awal dan menjadi peserta pertama yang berada di lokasi. Pada hari ini berkesempatan menghadiri seminar mengenai kebijakan dan strategi pengelolaan sampah; manajemen sampah di Provinsi DKI Jakarta; dan optimasi sampah sebagai peluang usaha.
Seminar pertama oleh perwakilan Direktorat Jendral Cipta Karya, Kementrian Pekerjaan Umum (PU) dengan tema “Kebijakan dan Strategi Sistem Penanganan Sampah di Indonesia”. Berdasarkan Undang-Undang No. 18 tahun 2008 penanganan sampah menjadi sebuah kewajiban bagi pemangku kepentingan dari masing-masing kabupaten/kota. Sebagai salah satu bagian dari sanitasi sampah patut menjadi perhatian utama yang tak bisa diindahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, sebagian besar pemangku kepentingan tingkat kabupaten maupun kota masih belum memasukkan masalah sampah sebagai prioritas utama. Beberapa masalah dan tantangan lemahnya penanganan sampah, yaitu peningkatan timbunan sampah yang mencapai 2 – 2,4% per tahunnya dan belum ada keseriusan dari pemangku mengenai infrastruktur dan konsep Reuse, Reduce, & Recycle; kelembagaan yang tidak tegas; pendanaan yang masih rendah; dan sulitnya mencari lahan untuk Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Pengelolaan sampah mencakup beberapa aspek, yaitu kelembagaan, peran serta masyarakat, undang-undang, pembiayaan, dan teknis/teknologi. Masing-masing aspek bertindak sebagai satu kesatuan yang harus berjalan secara beriringan. Di Indonesia pemerintah kabupaten/kota menjadi penyedia infrastruktur penanganan sampah, sedangkan Kementrian PU bertindak selaku Pembina Teknik (Norma-Standar-Pedoman-Kriteria terkait aspek keteknikan dalam system penanganan sampah. Penanganan masalah sampah harus dimulai dari perubahan paradigma lama yaitu sampah itu dibuang langsung ke TPA, menjadi sampah itu wajib melewati 3R (Reuse, Reduce, & Recycle) sebelum nanti residunya bisa diolah dan diproses di TPA. Hierarki penanganan sampah haruslah diperbesar di TPS dibandingkan TPA. Sampah organik sebagai penyumbang terbanyak volume total sampah (kurang lebih 70%) haruslah direduksi dengan diolah terlebih dahulu. Beberapa contoh teknik pengolahan dan aplikasi pemanfaatan sampah organik yaitu SIKIPAS, Open Windrow, Caspary, Open Bin, Takakura susun, Air Lindi, dan Biogas.
Pada akhirnya penanganan sampah di Indonesia harusnya dimulai dari peningkatan kesadaran masyarakat sebagai sumber utama sampah. Hal tersebut terus menerus diterapkan oleh Kementrian PU melalui kampanye, sosialisasi, edukasi, jambore, dan pemilihan duta sanitasi.Selain itu perlu terus dilakukan peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang terlibat terutama dalam penanganan sampah. Terakhir diperlukan strategi khusus untuk menambal masalah pendanaan. Penanganan sampah memerlukan insentif karena merupakan usaha yang tidak menguntungkan, terutama untuk sampah organik yang lebih tahan lama dan menggunakan teknik pengolahan yang tidak murah.
Seminar kedua bertema “Manajemen Sampah di Provinsi DKI Jakarta” yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta. Pengelolaan sampah di Jakarta di atur melalui Perda 3 2013, dimana sampah menjadi tanggup jawab bersama dan adanya sanksi jika membuang sampah disembarang tempat. Jalannya sampah dimulai dari sumber, TPS, dan TPA. Pemerintah hanya mengakomodir jalannya sampah dari TPS ke TPA, dalam seharinya 700 truk digunakan untuk mengangkut sampah-sampah di ibukota. Sedangkan jalannya sampah dari sumber ke TPS bersumber dari swadaya masyarakat, umumnya melalui biaya kebersihan. Beberapa permasalahan yang ditemukan, yaitu sulitnya mencari lahan untuk TPS dan jarak TPA yang berada di luar kota Jakarta. Dinas kebersihan DKI Jakarta sudah merancang TPS yang ramah lingkungan yang diharapkan tidak ada lagi pandangan negative mengenai TPS. Selain itu untuk mengurangi beban pengiriman sampah dari TPS ke TPA harus dilakukan pengelolaan secara intensif sampah2 sebelum dikirim ke TPA.
Terakhir cerita sukses dari mantan karyawan di sebuah perusahaan swasta menjadi seorang “pemulung”. Mohammad Baedowy dengan latar belakang keilmuan sebagai auditor bank “nekat” terjun di dunia daur ulang sampah plastik. Berawal dari hanya bermodalkan satu mesin pencacah yang tidak bertahan lama, penolakan dari senior2nya untuk berbagi ilmu, hingga akhirnya beliau bertekad “Jika nanti saya sukses, saya berjanji akan membagikan ilmu saya kepada siapa pun yang mau belajar terjun ke bisnis ini”. Akhirnya tanpa latar belakang ilmu dibidang teknik beliau berhasil menyempurnakan mesin pencacah berdasarkan pengalamannya sendiri. Hasilnya pun terus bertambah hingga akhirnya bisnis beliau mencapai omset 1,8 miliar per tahun. Salah satu kunci sukses beliau tekad beliau yang dengan sukarela mentransfer semua pengetahuan kepada orang2 yang ingin mengikuti jalan beliau.